Persimpangan Jalan
Berikut adalah ungkapan perasaan yang sedang saya hadapi.
1. Saya merasa seperti berada di persimpangan jalan, dimana saya
harus memilih satu diantara beberapa jalan untuk langkah selanjutnya. Satu
jalan yang saya pilih akan menemui lagi persimpangan lainnya dan mendatangkan
pilihan-pilihan lain yang tidak ada habisnya. Sebenarnya ini wajar dan saya
memahami bahwa memang beginilah cara kerja kehidupan, tapi beberapa hal yang
belum bisa saya damaikan adalah kenyataan bahwa kalau jalan yang kita pilih
salah, kita tidak bisa kembali ke persimpangan sebelumnya dan kita akan
menyesali jalan yang kita lalui. Persimpangan berikutnya akan terasa lebih
menakutkan dan justru memungkinkan kita untuk salah jalan karena keputusan yang
diambil adalah hasil gambling.
PR
: Berdamai
2.
Saya sadar betul bahwa fase yang sedang saya jalani adalah fase
untuk menyembuhkan luka yang tentu saja membutuhkan waktu dan tidak bisa sembuh
begitu saja dalam rentang waktu yang sebentar. Tapi lucunya justru satu-dua
patah kata sepele lah yang menjadi trigger terbesar dan membuat saya
jatuh bangun jungkir balik gempa bumi.
Beberapa
kalimat sederhana seperti, “Apa lagi sih?” “Jangan cuma mikirin perasaan
kamu doang” atau “Jangan karena ini kamu lupain semua kebaikan aku
sebelumnya” kalimat-kalimat tersebut terasa seperti melemparkan tanggung
jawab kepada saya untuk berjuang sendiri menyelesaikan puzzle berantakan yang
(menurut saya) harusnya bukan tanggung jawab saya.
Saya
sadar betul bahwa kedua belah pihak memang sama-sama ingin memperbaiki hubungan
dan ada effort yang ditunjukkan. Tetapi dalam waktu-waktu tertentu ketika
kecemasan saya datang, pihak lainnya merasa bahwa saya mengabaikan effort
yang dia berikan dan tidak mau menemani saya melewati masa tersebut. Yang kami
lakukan hanyalah memberi ruang kepada masing-masing pihak untuk mendinginkan kepala
tanpa ada pembicaraan lebih lanjut. Tidak ada penyelesaian masalah justru
membuat saya lebih merasa terancam karena saya merasa sebagai pihak yang
memancing pertikaian dan tidak boleh ada masalah dalam hubungan ini karena kalau
ada masalah maka salah satu pihak bisa aja berpaling.
Saya
juga sadar betul bahwa ini adalah asumsi liar yang tidak boleh dibiarkan
berlarut-larut. Tetapi rasanya sulit sekali membuka percakapan karena ketidakmampuan
kami menyamakan frekuensi dan jujur terhadap perasaan satu sama lain. Saya
merasa hanya saya saja yang terus berusaha membuka percakapan dan dianggap annoying
karena seperti sedang mencari-cari kesalahan.
PR : Komunikasi
3. Saya menjadi terobsesi untuk mencari tahu hal-yang tidak perlu atau belum saatnya saya tahu. Ada kekecewaan atas rasa kecolongan karena kepercayaan penuh yang sebelumnya saya berikan. Tapi disaat yang bersamaan saya tahu bahwa perilaku ini hanya membuang-buang waktu dan justru menjadi penyakit hati untuk saya. Saya terus berperang dengan diri sendiri tentang langkah apa yang seharusnya saya ambil. Ada saatnya saya ingin mencegah sebelum terjadi hal-hal buruk terjadi, tapi saya sadar bahwa saya akan menjadi pribadi yang toxic. Seseorang yang memang dasarnya ingin melakukan kecurangan tidak akan mempan dengan pencegahan-pencegahan karena mereka hanya akan menemukan cara-cara lain untuk berbuat curang. Tapi kalau saya biarkan begitu saja saya takut semuanya akan terlalu jauh dan tidak bisa diperbaiki lagi. Saya merasa sebagai seorang yang tidak berdaya dan tidak mampu menerka kemana arahnya hubungan ini. Ketidakberdayaan ini yang seringkali juga menjadi salah satu trigger munculnya kecemasan.
Kembali
lagi, Pertanyaannya adalah, perbaikan-perbaikan berulang yang saya
upayakan ini sebenarnya untuk apa? Ada sebuah ruang kosong yang menganga saat
saya merenungkan kembali sebenarnya saya ini berperang dengan siapa? Apakah
saya berperang dengan orang lain atau saya berperang dengan diri sendiri?
Apakah sebenarnya justru saya lah yang belum bisa menerima kenyataan bahwa bisa
saja suatu saat semua ini akan berakhir?
PR : Tawakkal
Feel free to leave a comment or give an advice based on
your point of view of this little note
Komentar
Posting Komentar